Duduk di balik meja kerja selama berjam-jam rasanya susah untuk dihindari oleh para pegawai kantoran. Alasannya jelas, mau tidak mau mereka harus berdiam diri di depan laptop atau komputer untuk menuntaskan tugas pekerjaannya. Namun, secara perlahan kebiasaan tersebut akan menimbulkan masalah kesehatan yang menghantuinya. Kata para ahli, duduk terlalu lama dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan.
Menanggapi tentang bahaya duduk terlalu lama, saat ini ada istilah baru untuk menggambarkan kebiasaan tersebut. Sebutannya adalah “sitting is the new smoking”. Bukan bermaksud untuk melebih-lebihkan masalah yang suka disepelekan ini, tapi faktanya duduk terlalu lama memang sama bahayanya dengan merokok. Mengapa demikian?
Tidak berhenti sampai disitu saja, kebiasaan masyarakat perkotaan saat ini berupa sedentary lifestyle (tidak aktif secara fisik), akan semakin meningkatkan resiko terserang berbagai macam penyakit. Kata ahli, kebiasaan duduk dalam waktu lama dan dibarengi dengan sedentary lifestyle, jika terakumulasi selama berbulan-bulan atau bahkan menahun akan menimbulkan masalah yang serius. Asupan lemak dan kalori yang berlebihan ini pastinya akan meningkatkan risiko penyakit diabetes, serangan jantung, dan stroke.
Selain itu, bahaya duduk terlalu lama juga dapat mengancam saraf tubuh. Kata para ahli, duduk terdiam lebih dari tiga jam ternyata dapat memicu low back pain. Andaikan kondisi ini semakin parah, maka dapat menekan saraf. Jangan remehkan saraf yang tertekan ini, sebab dapat memicu keluhan kesehatan lainnya. Bahkan biasanya dokter ortopedi akan menyarankan pengidapnya untuk dioperasi.
Dengan kata lain, beban kesehatan yang ditimbulkan oleh kebiasaan duduk terlalu lama sama halnya dengan merokok, meski tidak persis menyerang paru-paru. Kesimpulannya, kata para ahli di atas bahaya duduk dalam waktu lama ini memiliki efek yang bahayanya sama dengan merokok. Lalu, bagaimana jadinya jika seseorang merokok sambil duduk terlalu lama?
Wah tentunya ini lain lagi ceritanya. Menurut ahli, kebiasaan ini dapat membuat pelakunya mengalami double problem. Pertama, dihantui masalah kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan duduk terlalu lama. Kedua, diintai oleh zat-zat beracun yang berasal dari asap rokok. Dengan begitu, maka tidak hanya sendi dan otot saja yang harus harap-harap cemas, tapi organ paru-paru juga ikut terlibat dilanda keresahan.
Menurut para pakar ahli di bidang pendidikan, belajar sambil beraktivitas (active time), justru dapat memunculkan energi pada otak anak di sekolah. Menariknya lagi, metode ini juga membuat mereka menjadi lebih produktif. Menurut laporan yang dibuat oleh Institute of Medicine pada tahun 2013 lalu, para siswa yang aktif akan menunjukkan perhatian yang lebih besar. Tidak hanya itu, mereka juga lebih cepat dalam hal pengelolaan kognitifnya. Bahkan, memiliki hasil tes standar akademik yang lebih baik dari pada siswa yang kurang aktif.
Nah, dengan kata lain, menyuruh para peserta didik untuk berdiama diri duduk tenang, bukanlah hal yang baik untuk membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. Pasalnya, menurut ahli Skane University Hospital di Malmo, Swedia, seperti dilansir Daily Mail, aktivitas fisik bisa menjadi kesempatan bagi sekolah untuk menjadi sekolah yang berkinerja tinggi.
Pandangan ini juga sama dengan para ahli dari Family Medicine and Public Health di University of California, Amerika Serikat. Kata para ahli, aktivitas fisik akan mampu membantu otak dalam banyak melakukan cara. Menurutnya, belajar sambil beraktivitas dapat memberi rangsangan kepada pembuluh darah di otak dalam mendukung lebih banyak kinerja sel-sel otak.
Menanggapi tentang bahaya duduk terlalu lama, saat ini ada istilah baru untuk menggambarkan kebiasaan tersebut. Sebutannya adalah “sitting is the new smoking”. Bukan bermaksud untuk melebih-lebihkan masalah yang suka disepelekan ini, tapi faktanya duduk terlalu lama memang sama bahayanya dengan merokok. Mengapa demikian?
Dihantui Double Problem
Mungkin terdengar hiperbola, akan tetapi menurut ahli fisioterapi, kebiasaan duduk terlalu lama bahayanya sama besarnya dengan merokok. Bahaya duduk terlalu lama juga kadang disebut sebagai silent killer. Kebiasaan buruk ini bisa membuat bagian otot-otot menjadi kaku karena jarang digunakan untuk bergerak dengan baik. Nah, kondisi inilah yang dapat membuat metabolisme tubuh menjadi lambat, sedangkan tubuh terus-menerus menerima kalori dan lemak yang berlebihan.Tidak berhenti sampai disitu saja, kebiasaan masyarakat perkotaan saat ini berupa sedentary lifestyle (tidak aktif secara fisik), akan semakin meningkatkan resiko terserang berbagai macam penyakit. Kata ahli, kebiasaan duduk dalam waktu lama dan dibarengi dengan sedentary lifestyle, jika terakumulasi selama berbulan-bulan atau bahkan menahun akan menimbulkan masalah yang serius. Asupan lemak dan kalori yang berlebihan ini pastinya akan meningkatkan risiko penyakit diabetes, serangan jantung, dan stroke.
Selain itu, bahaya duduk terlalu lama juga dapat mengancam saraf tubuh. Kata para ahli, duduk terdiam lebih dari tiga jam ternyata dapat memicu low back pain. Andaikan kondisi ini semakin parah, maka dapat menekan saraf. Jangan remehkan saraf yang tertekan ini, sebab dapat memicu keluhan kesehatan lainnya. Bahkan biasanya dokter ortopedi akan menyarankan pengidapnya untuk dioperasi.
Dengan kata lain, beban kesehatan yang ditimbulkan oleh kebiasaan duduk terlalu lama sama halnya dengan merokok, meski tidak persis menyerang paru-paru. Kesimpulannya, kata para ahli di atas bahaya duduk dalam waktu lama ini memiliki efek yang bahayanya sama dengan merokok. Lalu, bagaimana jadinya jika seseorang merokok sambil duduk terlalu lama?
Wah tentunya ini lain lagi ceritanya. Menurut ahli, kebiasaan ini dapat membuat pelakunya mengalami double problem. Pertama, dihantui masalah kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan duduk terlalu lama. Kedua, diintai oleh zat-zat beracun yang berasal dari asap rokok. Dengan begitu, maka tidak hanya sendi dan otot saja yang harus harap-harap cemas, tapi organ paru-paru juga ikut terlibat dilanda keresahan.
Tidak Meningkatkan Konsentrasi
Bahaya duduk terlalu lama tidak hanya menghantui para pekerja kantoran saja. Sebab, kebiasaan ini juga dilakukan oleh sebagian besar anak-anak di sekolah. Banyak orang berpikir, khususnya pihak sekolah, jika anak-anak berada di meja lalu diam dan menulis, maka sang pengajar akan mengira mereka belajar dengan tenang dan memiliki konsentrasi yang baik. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan yang diharapkan.Menurut para pakar ahli di bidang pendidikan, belajar sambil beraktivitas (active time), justru dapat memunculkan energi pada otak anak di sekolah. Menariknya lagi, metode ini juga membuat mereka menjadi lebih produktif. Menurut laporan yang dibuat oleh Institute of Medicine pada tahun 2013 lalu, para siswa yang aktif akan menunjukkan perhatian yang lebih besar. Tidak hanya itu, mereka juga lebih cepat dalam hal pengelolaan kognitifnya. Bahkan, memiliki hasil tes standar akademik yang lebih baik dari pada siswa yang kurang aktif.
Nah, dengan kata lain, menyuruh para peserta didik untuk berdiama diri duduk tenang, bukanlah hal yang baik untuk membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. Pasalnya, menurut ahli Skane University Hospital di Malmo, Swedia, seperti dilansir Daily Mail, aktivitas fisik bisa menjadi kesempatan bagi sekolah untuk menjadi sekolah yang berkinerja tinggi.
Pandangan ini juga sama dengan para ahli dari Family Medicine and Public Health di University of California, Amerika Serikat. Kata para ahli, aktivitas fisik akan mampu membantu otak dalam banyak melakukan cara. Menurutnya, belajar sambil beraktivitas dapat memberi rangsangan kepada pembuluh darah di otak dalam mendukung lebih banyak kinerja sel-sel otak.